Sejarah Kebun Raya

Jejak Sejarah Kebun Raya di Indonesia

Kebun Raya Bogor: Cikal Bakal Botani Nusantara

Kebun Raya Bogor, yang berdiri pada 18 Mei 1817, dianggap sebagai kebun botani tertua di Asia Tenggara. Didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda di bawah pimpinan Prof. Caspar Georg Carl Reinwardt, kebun ini awalnya bernama 's Lands Plantentuin te Buitenzorg. Tujuannya adalah mengkaji tanaman tropis yang memiliki nilai ekonomi, seperti cengkeh, lada, dan kopi, untuk kepentingan perdagangan kolonial. Berlokasi di dekat Istana Bogor, kebun ini dibangun di lahan yang sebelumnya digunakan sebagai taman istana pada masa pendudukan Inggris (1811-1816) oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang mengubahnya menjadi taman bergaya Inggris.

Sepanjang abad ke-19, Kebun Raya Bogor berkembang menjadi pusat penelitian botani terkemuka. Ahli seperti Johannes Elias Teijsmann dan Melchior Treub memperkaya koleksi tanaman hingga mencakup ribuan spesies, termasuk tanaman eksotis seperti kelapa sawit dan bunga bangkai. Kebun ini juga melahirkan institusi pendukung, seperti Herbarium Bogoriense untuk koleksi spesimen kering dan perpustakaan botani.

Ekspansi ke Cibodas dan Purwodadi

Kesuksesan Kebun Raya Bogor mendorong pendirian kebun raya lain untuk menyesuaikan dengan kondisi iklim dan kebutuhan spesifik. Pada 1852, Kebun Raya Cibodas di Cianjur, Jawa Barat, didirikan oleh Johannes Elias Teijsmann. Terletak di dataran tinggi dengan iklim sejuk, kebun ini awalnya berfokus pada aklimatisasi tanaman asing, seperti pohon kina untuk produksi kinin (obat malaria). Cibodas menjadi pusat penelitian tanaman pegunungan tropis dan kini memiliki koleksi spesies seperti konifer dan anggrek liar.

Kemudian, pada 1941, Kebun Raya Purwodadi di Pasuruan, Jawa Timur, didirikan sebagai respons terhadap kebutuhan akan konservasi tanaman dataran rendah kering. Diprakarsai oleh Dr. Dirk Fok van Slooten, kebun ini awalnya digunakan untuk mengembangkan tanaman yang mendukung pertanian, seperti lamtoro dan tanaman penutup tanah. Meski sempat terhenti selama pendudukan Jepang, Purwodadi kembali berkembang pasca-kemerdekaan dan resmi dibuka untuk umum pada 1963. Dengan luas 85 hektar, kebun ini kini menjadi pusat konservasi flora kering tropis.

Era Kemerdekaan: Kebun Raya Bali dan Peran Nasional

Setelah Indonesia merdeka, semangat membangun identitas nasional tercermin dalam pendirian Kebun Raya "Eka Karya" Bali pada 15 Juli 1959. Berlokasi di Bedugul, Tabanan, kebun ini digagas oleh Prof. Ir. Kusnoto Setyodiwiryo dan I Made Taman. Berbeda dengan kebun raya era kolonial, Bali dibangun sepenuhnya oleh bangsa Indonesia dengan fokus pada konservasi tanaman pegunungan tropis timur Indonesia, seperti tumbuhan runjung dan pandan.

Pasca-kemerdekaan, kebun raya di Indonesia terus bertambah, baik yang dikelola oleh pemerintah pusat, daerah, maupun universitas. Hingga kini, terdapat sekitar 43 kebun raya di seluruh Indonesia, meskipun Bogor, Cibodas, Purwodadi, dan Bali tetap menjadi yang terbesar. Sejak 2020, keempat kebun raya utama ini dikelola melalui kemitraan dengan sektor swasta di bawah koordinasi BRIN, memperkuat peran mereka dalam riset dan konservasi.

Peran Kebun Raya di Era Modern

Kebun raya di Indonesia tidak lagi hanya berfungsi sebagai tempat penelitian, tetapi juga sebagai pusat pendidikan lingkungan dan wisata alam. Kebun Raya Bogor, misalnya, menarik ribuan pengunjung setiap tahun, menawarkan wawasan tentang keanekaragaman hayati tropis. Sementara itu, kebun raya lain seperti Cibodas dan Purwodadi terus memperluas koleksi melalui ekspedisi botani dan pertukaran spesies dengan institusi internasional.

Di tengah ancaman perubahan iklim dan hilangnya habitat, kebun raya berperan penting dalam pelestaria ex-situ, menjaga spesies langka agar tidak punah. Mereka juga menjadi jembatan antara masyarakat dan ilmu pengetahuan, mengedukasi publik tentang pentingnya menjaga keanekaragaman hayati.

Warisan Hijau Kebun Raya

Dari awal mula sebagai alat kolonial untuk eksploitasi sumber daya hingga menjadi benteng pelestarian flora, kebun raya di Indonesia telah menempuh perjalanan panjang. Kebun Raya Bogor sebagai pelopor, diikuti Cibodas, Purwodadi, dan Bali, mencerminkan dedikasi bangsa terhadap ilmu pengetahuan dan konservasi. Dengan puluhan kebun raya yang kini tersebar di Nusantara, warisan ini terus hidup, menjaga kekayaan alam Indonesia untuk generasi mendatang.